Sego
Kucing diburu Pecinta Kuliner
Bisnis makanan kian marak di pinggir jalan. Waktu yang paling ramai biasanya pada malam hari. Pada waktu ini, banyak orang yang istirahat dari kerja seharian. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima yang umumnya menyajikan menu kuliner.
Kebutuhan
bagi pencari kuliner di malam hari biasanya di tempat-tempat yang menyediakan
untuk nongkrong. Walaupun makan adalah tujuan utama, tradisi masyarakat
kita setiap menikmati istirahat seringkali dimanfaatkan untuk ngobrol. Selain
itu pula, waktu nyantai digunakan untuk berkumpul bersama teman, sahabat,
keluarga, dan sebagainya. Warung yang menyajikan tempat seperti ini akan banyak
diburu oleh pecinta kuliner.
Tempat
untuk nyantai dan murah adalah kaki lima. Yang menjadi menu favorit masyarakat
kalangan menengah ke bawah adalah warung angkringan “Sego Kucing”. Ya, di
tempat ini menjadi rujukan banyak orang untuk makan dan berbagai macam kegiatan,
entah rapat konsolidasi, bisnis atau kumpul bareng.
Sebenarnya,
menu sajian Sego Kucing tidak jauh beda dengan nasi di warung biasa. Mengapa
disebut Sego Kucing? Karena nasinya dibungkus kecil-kecil dengan beraneka ragam
lauk. Jika dibandingkan dengan nasi di warung biasa, kuantitas nasinya lebih
sedikit. Seperti halnya kucing peliharaan kita, setiap makan tidak pernah
banyak. Jadi ya disebut Sego Kucing. Akan tetapi, di sini saya mengamati bukan
dari sego atau nasinya, namun fenomena keramaian pengunjungnya yang melebihi
warung-warung pada umumnya. Mengapa pengunjung Sego Kucing begitu banyak?.
Penjual
Sego Kucing kebanyakan mempunyai trik tersendiri dibanding warung biasa.
Pertama, menu sajian cukup beragam, ada gorengan, Sego Kucing, minuman, rokok,
kerupuk, sate-satean, seperti usus, keong, telur, dan lain-lain. Daya tarik
menu tersebut walaupun sederhana ternyata mengundang animo cukup besar bagi
pemburu kuliner. Sebagaimana umumnya masyarakat kita berasal dari golongan
menengah ke bawah. Jadi menur-menu tersebut cukup dilirik untuk sekedar mengisi
perut.
Yang
dicari bukan masalah kekenyangannya, namun kepuasan. Apalagi harganya cukup
murah jika dibandingkan dengan menu sajian resto atau kafe. Mereka yang tidak
bisa membeli rokok satu bungkus, dapat membeli eceran (eteng) di tempat ini
tanpa malu. Bagi mereka, ini tempat yang nyaman untuk melampiaskan kepuasan.
Kedua,
ada tempat nyantai yang cukup nyaman dan damai. Tersedianya tempat untuk
berjagongan di pinggir jalan memberi hawa sejuk tersendiri. Apalagi banyak
kendaraan hilir mudik bergantian. Hal ini semakin menambah kenikmatan jagongan
sambil menikmati sajian Sego Kucing.
Seringkali
saya menjumpai sepasang kekasih yang makan di Sego Kucing. Sambil menyantap
makanan, mereka bercanda seolah merasakan keindahan. Apalagi di malam minggu
tiba, kuantitas pengunjung sangat luar biasa.
Ketiga,
adanya hiburan musik rakyat yang cukup menyenangkan. Adakalanya pemilik warung
kucing menyediakan musik dangdut atau pop yang dkhusus untuk para pengunjung.
Mereka bisa menikmati musik sambil menyantap makanan. Memang tempatnya terlihat
sederhana, namun ramuan atau setting tempatnyalah yang mengundang banyak orang
untuk berdatangan.
Saya
mengamati, warung angkringan Sego Kucing bisa banyak dikunjungi pengunjung
tidak lepas dari tempatnya strategis di pinggir jalan, menunya beragam, dan
fasilitas sederhana namun tetap terasa. Tidak heran jika bisnis ini banyak
berkembang di sepanjang jalan.
Selain
itu warung ini juga buka hingga larut malam. Bagi musafir yang kebetulan lapar
di malam hari bisa mampir di tempat ini dengan harga cukup ringan.