Mengais
Untung di Hari Libur
Malam
minggu merupakan momentum terbaik bagi muda-mudi. Pada malam ini, yang merasa
sebagai anak muda melakukan kumpul bareng, entah nongkrong di rumah, kafe,
piggir jalan, dan sebagainya. Tidak jarang juga yang sudah punya “ge-be-tan”
atau pacar menjadikan malam minggu sebagai waktu apel rutin. Seakan, malam ini khusus hanya untuk kaum
muda.
Hari
minggu merupakan hari libur kerja dan sekolah. Kebiasaan di antara kita ketika
bertemu dengan hari libur digunakan untuk bersenang-senang, entah berkunjung ke
tempat wisata, makan-makan, kumpul bareng maupun lainnya. Bagi yang suka di
rumah, mereka lebih memilih mengistirahatkan tubuh dari pada ke luar yang
dianggap juga membuat capek.
Fenomena
hari libur sejatinya bukanlah libur. Yang libur hanya pabrik atau tempat kerja
saja, sedangkan orang-orangnya tetap saja beraktifitas. Mengapa? Setiap liburan
tiba, bagi pedagang lain justru sangat menguntungkan. Tempat-tempat ramai yang
dikunjungi wisatawan menjadikan berkah tersendiri. Sehingga banyak dagangan
yang laris terjual melebihi hari-hari biasanya.
Di
Semarang, misalnya, setiap Minggu pagi di Jalan Diponegoro, ada semacam pasar
pagi yang berjualan berbagai macam dagangan. Ada pakaian, makanan, elektronik,
perhiasan, dll, yang harganya cukup murah untuk kalangan menengah ke bawah.
Walaupun pasar ini hanya sampai jam sepuluh pagi saja, pengunjung yang datang
cukup banyak sekali.
Secara
ekonomis, pergerakan uang pada hari libur justru mengalami peningkatan dari
hari biasanya. Sebagaimana di pasar pagi Diponegoro, setiap orang hampir bisa
dipastikan mengeluarkan uangnya, baik untuk belanja, makan, atau sekedar bayar
parkir. Hal ini menunjukkan, hari libur hanya sekedar simbolis, sedangkan ruh
sejatinya tetap bergerak melebih hari lainnya.
Begitu
juga dengan malam Minggu, kawula muda yang hilir mudik bergendengan dengan
teman, sahabat, kekasih, banyak pula yang menjadi donor pergerakan ekonomi di
masyarakat. Sebab ketika mereka ke luar, otomatis banyak rupiah yang harus
dikeluarkan. Di sinilah letak keuntungan bagi pedagang di hari minggu.
Bagi
pegawai, kesibukan yang dilakukan banyak terjadi pada hari-hari biasa.
Kesibukan yang menyita banyak waktu dan tenaga merupakan rutinitas yang tidak
bisa ditinggalkan. Mereka rela melakukan itu demi mencari nafkah untuk keluarga.
Entah itu bos atau pegawai, ketika belum waktunya hari Minggu, kesibukan tetap
menumpuk. Bahkan, untuk sekedar mengejar target, hari Minggu pun digunakan
untuk lemburan kerja.
Dari sinilah, saya
berpendapat, bahwa sebenarnya setiap detik, roda perekonomian kita berjalan
terus. Kata hari libur tidak berlaku untuk semua orang, hanya orang tertentu
saja. Karena manusia sebagai mahluk sosial selalu membutuhkan bantuan orang
lain, sehingga mau tidak mau ketika hari libur tiba, nuansanya seolah tetap
bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar