Selasa, 14 Mei 2013

Mengais Untung di Hari Libur
Malam minggu merupakan momentum terbaik bagi muda-mudi. Pada malam ini, yang merasa sebagai anak muda melakukan kumpul bareng, entah nongkrong di rumah, kafe, piggir jalan, dan sebagainya. Tidak jarang juga yang sudah punya “ge-be-tan” atau pacar menjadikan malam minggu sebagai waktu apel rutin.  Seakan, malam ini khusus hanya untuk kaum muda.
        Hari minggu merupakan hari libur kerja dan sekolah. Kebiasaan di antara kita ketika bertemu dengan hari libur digunakan untuk bersenang-senang, entah berkunjung ke tempat wisata, makan-makan, kumpul bareng maupun lainnya. Bagi yang suka di rumah, mereka lebih memilih mengistirahatkan tubuh dari pada ke luar yang dianggap juga membuat capek.
        Fenomena hari libur sejatinya bukanlah libur. Yang libur hanya pabrik atau tempat kerja saja, sedangkan orang-orangnya tetap saja beraktifitas. Mengapa? Setiap liburan tiba, bagi pedagang lain justru sangat menguntungkan. Tempat-tempat ramai yang dikunjungi wisatawan menjadikan berkah tersendiri. Sehingga banyak dagangan yang laris terjual melebihi hari-hari biasanya.
        Di Semarang, misalnya, setiap Minggu pagi di Jalan Diponegoro, ada semacam pasar pagi yang berjualan berbagai macam dagangan. Ada pakaian, makanan, elektronik, perhiasan, dll, yang harganya cukup murah untuk kalangan menengah ke bawah. Walaupun pasar ini hanya sampai jam sepuluh pagi saja, pengunjung yang datang cukup banyak sekali.
        Secara ekonomis, pergerakan uang pada hari libur justru mengalami peningkatan dari hari biasanya. Sebagaimana di pasar pagi Diponegoro, setiap orang hampir bisa dipastikan mengeluarkan uangnya, baik untuk belanja, makan, atau sekedar bayar parkir. Hal ini menunjukkan, hari libur hanya sekedar simbolis, sedangkan ruh sejatinya tetap bergerak melebih hari lainnya.
        Begitu juga dengan malam Minggu, kawula muda yang hilir mudik bergendengan dengan teman, sahabat, kekasih, banyak pula yang menjadi donor pergerakan ekonomi di masyarakat. Sebab ketika mereka ke luar, otomatis banyak rupiah yang harus dikeluarkan. Di sinilah letak keuntungan bagi pedagang di hari minggu.
        Bagi pegawai, kesibukan yang dilakukan banyak terjadi pada hari-hari biasa. Kesibukan yang menyita banyak waktu dan tenaga merupakan rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan. Mereka rela melakukan itu demi mencari nafkah untuk keluarga. Entah itu bos atau pegawai, ketika belum waktunya hari Minggu, kesibukan tetap menumpuk. Bahkan, untuk sekedar mengejar target, hari Minggu pun digunakan untuk lemburan kerja.
Dari sinilah, saya berpendapat, bahwa sebenarnya setiap detik, roda perekonomian kita berjalan terus. Kata hari libur tidak berlaku untuk semua orang, hanya orang tertentu saja. Karena manusia sebagai mahluk sosial selalu membutuhkan bantuan orang lain, sehingga mau tidak mau ketika hari libur tiba, nuansanya seolah tetap bekerja.
       

Tidak ada komentar: